Assalamualaikum semua. Apa kabar? Semoga dalam keadaan sehat dan penuh bahagia ya aamiin. 

Kali ini saya ingin bercerita tentang kelebatan isi pikir saya akhir-akhir ini, bahwa maraknya aksi seperti penolakan tambang pasir oleh masyarakat di Pulau Kodingareng dan yang terbaru ramai-ramai penghentian pertambangan batuan andesit oleh warga di Desa Wadas dan masih banyaknya aksi penolakan di berbagai wilayah lain hingga hari ini terhadap pembangunan yang disebut merusak, mengurangi kualitas, menurunkan produktivitas dan ekonomi hingga menghilangkan budaya warga setempat, sebenarnya dipertanyakan apakah kajian  dan pertimbangan mengenai dampak lingkungan yang akan terjadi di hari esok seperti yang warga sangkakan itu tidak ada atau bagaimana?

Pastilah banyak pertimbangan dan kajian telah dilakukan bahwa misal jika pasir di sekitar pulau tersebut dikeruk dan diangkut aspek biologi makhluk hidup disekitar pulau itu tidak akan terganggu, pendapatan masyarakat setempat tidak menurun serta nilai kebudayaan yang memang ada tidak akan hilang. Namun bagaimana? Mengapa setiap ada pertambangan pun pembangunan, penolakan dengan rentetan asumsi dampak terhadap kehidupan mereka juga tidak kalah lantang?

Atau apakah dalam putusan perizinan pembangunan itu telah berbelok urgensinya dari dasarnya? Apakah hal lain telah menguatkan dan meloloskan perizinan tersebut lebih cepat?

Sehingga, pembangunan yang sebaiknya menurut dasar ilmiah dan kajian mendalam serta kebutuhan masyarakat tidaklah akan dilaksanakan di lokasi yang masih asri (jika pemisalannya adalah reklamasi yang memang dilaksanakan di lokasi yang sudah menurun kualitas perairannya) tidak akan akhirnya berdampak ke kehidupan ikan dan hewan lain hingga ruang hidup untuk tetap sehat & sejahteranya warga setempat itu, tidak ada lagi?

Atau bagaimana?

Karena saya percaya orang-orang yang duduk di kursi untuk mewakili aspirasi dan pikiran serta harapan masyarakat itu tidak sebodoh itu untuk tiba-tiba memutuskan dan memberikan perizinan. Akademisi yang diundang untuk memberikan rekomendasi lewat pengkajian mendalam mengenai dampak lingkungan, sosial dan ekonomi bukanlah sekedar manusia dengan sederet titel, mereka pernah lelah akan tuntutan ilmu pengetahuan sebab kebutuhan kesejahteraan masyarakat itu tidaklah main-main. Mereka pasti lelah, bosan bahkan sesekali ingin menyudahinya berharap bukan mereka yang terpilih untuk membaca jurnal itu tiap hari, bukan mereka yang kekurangan tidur sebab kelebihan bacaan dan bukan mereka yang ngos-ngosan dikejar dateline, dateline penentu kesejahteraan manusia tadi, yang pada akhirnya setelah berlelah-lelah akan semua ini, tidak membuat mereka meninggalkan semuanya jika satu hal telah terpenuhi karena satu ikatan kasih sayang-transparan telah terbentuk. Sesulit-sulitnya mereka tidak akan berputus asa jika satu tuntutan kesejahteraan tadi belum tercapai dan selelah-lelahnya mereka tidak akan dengan mudah menyetujui satu proyek yang bertentangan dengan prinsip menjaga keberlangsungan sumberdaya dan masyarakat secara terpadu dan berkelanjutan, tidak akan. 

Jadi, apa alasan dibalik semakin meningkatnya bencana yang terjadi sebab daya dukung lingkungan yang jelas sudah kurang namun tetap dipaksakan dilakukan hingga akhirnya bencana terjadi?

Apa?

Atau, apakah manusia dengan sifat naturalnya akan serakah yang menjadi alasannya lagi ?

Jika demikian, untuk apa ilmu pengetahuan untuk menutupi atau sedikit menyelesaikan segala "ketidakpastian", "ketidaktahuan" terhadap alam ini?

Dah ya. 

Comments

Popular Posts